mungkin ini terlalu menyedihkan untuk ditulis tapi entah hal ini terus-menerus berputar-putar di otakku dan serasa ingin mengeluarkannya dalam bentuk tulisan
Tepat hari ini, Kamis, 31 Agustus 2017. aku kehilangan teman sekaligus saudara yang sudah ku kenal lebih dari 12 tahun, dia Catur. teman SD, SMP, dan SMA ku, terlalu banyak kenangan yang kita lalui bersama, walau kita tidak terlalu dekat tapi kita selalu berhubungan entah itu chattingan atau sekedar menyapa bila bertemu. tapi yang ingin ku tuliskan disini bukan apa-apa saja kenanganku bersamanya tapi lebih ke betapa kagetnya aku ketika dia pergi, begitu cepat Allah memintanya kembali, tak hanya almarhumah. sekitar dua minggu yang lalu, ayahanda dari teman dekatku sekaligus tetanggaku meninggal dunia, beliau orang yang sangat baik dan ramah, aku juga sempat terkejut saat pengeras suara masjid mengumumkan beliau sudah tiada.
kurang dari satu bulan, sudah ada dua orang yang dekat degan aku meninggalkan dunia ini, aku mencoba untuk peka terhadap kode dari sang Ilahi ini, apakah ini pertanda aku harus mempersiapkan bekal sebanyak mungkin untuk menghadap kepada-Mu nantinya? lalu aku pun bertanya-tanya untuk apa kita hidup di dunia ini? untuk apa kita mati-matian mengejar harta benda kepopuleran yang nantinya akan tergantikan oleh sesaknya tanah di dalam sana? untuk apa kita melakukan sesuatu yang jelas-jelas dilarang Allah? apabila akhirnya kita "cringg" akan menjadi sebuah mayat yang dikubur.
lalu aku teringat ceramah dari ust. hanan attaki kalau hidup ini untuk beribadah, ibadah tidak melulu yang terlihat seperti sholat, dzakat, puasa, tapi ibadah juga bisa dilakukan oleh hati kita dengan selalu berdzikir mengucap keagungan Allah SWT. mungkin yang pertama kita mudah melakukannya tapi bagi saya yang kedua butuh waktu lama untuk membiasakannya contoh, ngeliat orang dandan gak biasa aja di hati udah ngetawain, ngeliat orang hidupnya sibuk amat kesana kemari organisasi ini itu hati udah ngomong yang nggak-nggak, penyakit hati ini nih yang kadang ngebuat ibadah kita yang terlihat jadi sia-sia naudzubillah. ya allah lindungilah hati ini dari segala penyakit hati yang ada, aamiin. selalu berpikir positif dan bersyukur insyaallah nggak ada yang sia-sia jika hidup ini selalu berlandaskan cinta pada Allah SWT. semangat buat kalian para organisatoris yang bahkan liburan panjang kagak libur dan bersyukur bagi kalian yang dikasih kesempatan berkumpul bareng keluarga dan temen-temen (read: aku) haha. jadi gak ada lagi kata iri hati diantara kita. aku kadang mikir enak ya organisatoris punya banyak temen, belajar banyak hal, populer, insta story nya penuh dengan hal-hal berfaedah beda bet ama aku yang bangun tidur-nyapu-cuci piring-cuci baju-bantu masak-dan pekerjaan rumah lainnya.but endlessly, amal ibadah kita kok yang bakal ditanyain Allah, mau jadi organisatoris atau anak rumahan kita sama-sama berkesempatan mengejar ibadah yang sama, belum tentu yang organisatoris ibadahnya keteteran dan belum tentu juga yang dirumah kenceng ibadahnya makanya udahlah gak perlu saling nge-judge karena hanya Allah yang pantas meng-judge kita. hehe
tapi bukan berarti ilmu disamping ilmu agama itu gak perlu ya gaes, malah itu perlu banget. karena kata Dosenku kalo semua ilmu itu bermanfaat kecuali ilmu sihir, so berlomba-lombalah kalian menuntut ilmu, bahkan ilmu bisa meninggikan derajat seseorang di mata Allah. terus kata siapa kalo kita nerapin syariat islam di hidup kita, hidup ini bakalan kuno bin kudet gak sama sekali, cuman gara gara kita ngebatasin hubungan dengan lawan jenis. boleh aja hubungan dengan lawan jenis tapi seperlunya aja ga usah di lebih-lebihin, aku yakin kok Allah ngelarang ini itu demi kebaikan kita sendiri.
terus aku kembali mempertanyakan kesukaanku sama bab per-badminton-an yang notabene banyak kaum adam disana, ternyata boleh-boleh aja kok asal kita gak pake hati menyukainya (kayak apa aja) jadi biasa aja adalah kuncinya (ceramah ust hanan attaki tentang bab apa lupa, maaf tadz). semisal kita nonton pertandingan badminton biasa aja, gak perlu teriak histeris (ini susah sih) , dan di event itu kita gak keteteran sama ibadah wajib yang memang harus kita dirikan (read:sholat). karena menurut ustad hanan attaki hal-hal yang bersifat hiburan seperti itu hukumnya mubah. jika dilakukan tidak dapat dosa tidak juga dapat pahala. tapi kalo kesananya sama pacar dan sholatnya dilewatin gitu aja bisa bukan mubah lagi tapi...
bahkan pertandingan badminton bisa dijadikan ajang dakwah, kok bisa? bisa dong liat aja Muhammad Ahsan dan Rian Agung Saputro, ganda putra dari Indonesia ini menerapkan syariat islam dalam setiap pertandingannya, dari mulai mengenakan legging untuk menutupi lutut karena aurat bagi laki-laki, lalu saat interval yang biasa diselingi dengan minum dan menerima arahan dari pelatih, mereka minum dengan keadaan jongkok sesuai dengan sunnah Rasulullah dan yang terakhir mereka juga tidak bersalaman dengan wasit atau service judge wanita. mantap gak tuh? dan gembiranya tidak hanya mereka berdua lho, sekarang tunggal putra Indonesia Ihsan Maulana Mustofa juga terinspirasi untuk melakukan hal yang sama, semoga mereka diberikan kemudahan dan keistiqomahan dalam menjalani hal yang insyaallah Allah ridhoi, aamiin
sesungguhnya tulisan ini dibuat untuk diri saya sendiri dan tidak ada niatan sama sekali untuk menyinggung salah satu pihak atau banyak pihak ini murni hasil pikiran otak saya yang gak diem-diem kecuali dikeluarin. jadi mohon maaf apabila ada yang tersinggung dengan perkataan saya dan semoga baik almarhumah Catur dan almarhum ayahanda teman saya (Pak Haji Slamet) diberikan tempat yang terbaik di sisi Allah SWT, aamiin.
Komentar
Posting Komentar